[Review Buku] Mind Traveler

Sesuai janji di hari kemarin, hari ini Mon akan me-review sebuah buku yang berjudul Mind Traveler . Buku ini ditulis oleh Teh Febriani Eka Puteri (Teh Utie) dan diterbitkan oleh Spektrum Unpad. Waktu itu Momon beli buku ini di langitlangit.yk . Awalnya Momon kira buku ini bakalan membahas hal-hal yang berat, ternyataa… isinya ringan banget.

Sampulnya sangat mewakili isinya.

sumber : dokumentasi pribadi

Bagaimanakah isi dari buku ini?

Seperti yang Momon bilang, isinya terwakili oleh sampulnya. Isinya mewakili lintasan-lintasan pikiran kita yang sering datang saat kita sedang memerhatikan sesuatu. Pernah nggak sih pas kamu lagi beli batagor depan sekolah, terus merhatiin Mamang yang jualnya? terus jadi kepikiran sesuatu, jadi kaya ngelamun sendiri, berkelana di pikiran sendiri, dan tiba-tiba sadar lagi pas Mamang batagornya nyodorin batagor punya kamu, pernah kaya gitu? Nah setelah kamu terima batagornya, biasanya kamu akan lupa dengan apa yang kamu pikirin tadi. Teh Utie di buku ini menuliskan pikiran-pikiran random itu. Pikiran yang tiba-tiba muncul saat mengamati sesuatu. Momon sih curiga kalau ini adalah diarynya Teh Utie yang dijadikan buku.

Daftar isi buku Mind Traveler

Daftar isinya memang seperti itu, tidak ada judul yang spesifik untuk setiap tulisannya. Makanya Momon bilang, kayanya ini adalah catatan harian dari penulisnya.

Berikut ini kutipan-kutipan yang Momon suka.

Tidak ada judul, hanya keterangan waktu.

Satu halaman hanya ada tiga baris kalimat, bagian lainnya dibiarkan kosong. Untuk sebagian orang ini mungkin pemborosan, tapi ini adalah estitika. Momon suka baca tulisan yang hanya beberapa baris gini. (Karena kalo kepanjangan, pusing bacanya)

Apakah kita sebenarnya merasakan hal yang sama?
Hanya karena tidak saling mengemukakannya,
sehingga kita tidak saling mengetahuinya?

-febriani eka puteri-

Dah, ini relate banget sama pertanyaan-pertaanyaan dalam hati para bucin.

Salah satu tulisan yang sedikit “menyindir” Momon adalah tulisan tentang temannya Teh Utie yang rela resign dari pekerjaannya yang mapan hanya karena ingin punya banyak waktu di rumah. Banyak waktu untuk menemani orangtuanya, memasak setiap hari, memastikan rumah rapi setiap hari, sambil bekerja juga tapi tidak semapan pekerjaan sebelumnya. Dan ternyata setelah beberapa bulan ada seseorang yang melamarnya, kemudian mereka menikah, dan tinggal jauh dari orangtuanya.


Momon jadi teringat diri sendiri. Beruntungnya Momon nggak harus resign untuk bisa berdekat-dekatan dengan orangtua, tapi kalau nanti kondisi sudah normal kembali, orangtua Momon pasti kesepian lagi, tinggal berdua lagi, mengurus tanaman, mengurus ikan, sambil menahan rindu menanti anaknya kembali dari perantauan. Semangat ya, buat kamu yang masih di rumah. Yuk kita bahagiakan orangtua kita sebelum nanti saling menukar rasa. (Momon lagi bicara sama siapaaa?)

Okee balik lagi ke buku ini, ada lagi cerita Teh Utie tentang teman kostnya yang selalu mencucikan piring bekas makan teman-temannya setiap malam. Kalau bahasa guru Mon mah, orang ini punya amalan rahasia. Orang yang baik banget, jaga silaturahim, dan pernah marah banget sama Teh Utie karena makan di tempat bebek yang lehernya nggak putus. Yang jadi renungan buat Teh Utie adalah, beliau merasa terharu karena dipertemukan dengan orang-orang yang baik, jujur, shaleh. Ini juga jadi renungan buat Momon pas baca bagian ini. Lihat ke sekililing, ada si A, si B, si C, yang masing-masing punya jasa dan kebaikan yang beda-beda. Terharu ketika lihat daftar chat di WA, isinya orang baik semua, pas baca sekilas pesan-pesan dari mereka, ngga ada satu pun yang bahasanya kasar, lihat grup isinya adem semua, Fabiayyi aalaa i rabbikumaa tukadzdzibaan.

Pertemuan kita dengan orang-orang di hidup kita adalah bagian dari rizki yang harus di syukuri, meskipun kadang ngga semua pertemuan itu menyenangkan. Ada yang bikin nangis, ada yang bikin marah, ada yang bikin kecewa, tapi tetap saja pertemuan – pertemuan yang kurang menyenangkan itu nggak lebih banyak dari nikmat yang Allaah kasih lewat pertemuan – pertemuan kita dengan orang-orang yang kita sayang, yang sayang sama kita, dan yang peduli, juga orang yang selalu mendoakan dalam diam di setiap malam. Ada emang yang kaya gitu?

Ada kok, kamunya aja yang ngga tahu.

Terimakasih Teh Utie sudah menuliskan Mind Traveler ini, buku yang amat mewakili setiap jiwa. Mon yakin setiap kita sering merenung sesaat, bermain dengan pikiran dalam waktu singkat, ada yang bisa kita ingat, banyaknya yang pergi karena tidak diikat. Semoga bermanfaat!

.


Diterbitkan oleh sahabatlemon

Bukan siapa-siapa.

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai